Rabu, 17 Agustus 2016

MAKALAH PENGKAJIAN MORFOLOGI, ZAT AKTIF DAN KHASIAT TUMBUHAN KUMIS KUCING ( Orthosiphon stamineus. Benth)

MAKALAH
PENGKAJIAN MORFOLOGI, ZAT AKTIF DAN KHASIAT TUMBUHAN
KUMIS KUCING ( Orthosiphon stamineus. Benth)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Botani Farmasi



logo_stikesbth.png




Disusun Oleh :
Nur Alim Mahendra
3115039
Farmasi I A



PROGRAM STUDI FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu penopang hidup manusia yang sangat penting. Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan beraneka ragam tumbuh- tumbuhan atau tanaman. Sebagai negara yang beriklim tropis, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur, sangat cocok sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam tanaman, dari berbagai macam jenis atau spesies. Tanaman yang tumbuh subur tersebut tidak hanya tanaman yang asli berasal dari tanah Indonesia, banyak juga berbagai tanaman yang berasal dari luar negeri seperti: Asia, Afrika ataupun Amerika latin. Mereka bisa masuk dan tumbuh subur setelah mereka di bawa dan di sebarkan oleh para penjajah (Belanda, Inggris, Jepang).
Tanaman berkhasiat sebagai obat tradisonal yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman berkhasiat tersebut sangat bermanfaat di karenakan berbagai zat- zat bermanfaat yang dikandungnya. Untuk memudahkan mengenali tanaman yang berkhasiat obat maka diperlukan sistem pengklasifikasian atau pengelompokan ciri morfologi dan manfaatnya.
Tanaman obat bersifat alami, efek sampingnya tidak sekeras efek dari obat-obatan kimia modern. Tubuh manusia secara lebih mudah menerima obat dari bahan tanaman yang natural ini dibandngkan dengan obat kimiawi. Penemuan obat-obatan modern dewada ini ternyata mendukung penggunaan obat tradisional, banyak obat-obatan modern yang dibuat dari tanaman obat. Dalam makalah ini akan dijabarkan salah satu tanaman yang berkhasiat obat yaitu Kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) beserta ciri-ciri morfologi, kandungan zat berkhasiat dan kegunaannya di dunia farmasi.




BAB II
PEMBAHASAN

Identifikasi Dan Penggolongan Tumbuhan Kumis Kucing
1.      Nama Lokal
Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris), Misai Kucing (Melayu), Yaa nuat naeo (Thailand), Mao xu cao (China), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot koceng (Madura).

2.      Klasifikasi berdasarkan Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae (Menghasilkan biji)
Kelas               : Dicotyledoneae (Biji berkeping 2)
Subkelas          : Asteridae
Ordo                : Lamiales
Famili              : Lamiaceae
Genus              : Orthosiphon
Spesies            : Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.
Sinonim  :        O. Longiforum. Ham.
O. Grandiflorum et aristatum. Bl
O. Spiralis. Merr
O. Stamineus. Bent.
O. Grandiflorum. Bold.
O. Clerodendranthus Spicatus (Tumb.)

3.      Ciri Perawakan Tumbuhan
Kumis kucing termasuk terna, tumbuhan tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya dan tingginya mencapai 2 meter. Batang bersegi empat agak beralur berbulu pendek atau gundul. Helai daun berbentuk bundar atau lojong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya, ukuran daun panjang 1 – 10cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5cm. Urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm. Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung cabang dengan panjang 7-29 cm, dengan ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih. Panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm. 2.3. gagang berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm. Biji coklat gelap.

4.      Alat Hara (Organa Nutritiva)
Semua bagian tubuh tumbuhan yang secara langsung ataupun tidak langsung berguna untuk menegakkan kehidupan tumbuhan, yaitu berguna untuk penyerapan, pengolahan, pengangkutan, dan penimbunan zat-zat makanan, dinamakan alat hara. Adapun alat hara pada tanaman kumis kucing adalah :
a.       Akar (Radix)
Tanaman kumis kucing memiliki sistem akar tunggang (radix primaria), rambut akar atau bulu-bulu akar (pilus radicalis), tudung akar (Calyptra).
b.      Batang (Caulis)
Pangkal batang berkayu (lignosus), percabangan dari pangkal, 0,4 - 2,0 m. Batang persegi empat( quadrangualir), beralur (Sulcatus), berbulu penek atau gundul.
c.       Daun (Folium)
Daun tunggal berhadapan, helai daun berbentuk bundar atau lojong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya, ukuran daun panjang 1 – 10cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5cm. Urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm.

5.      Alat Perkembangbiakan (Organa Reproductiva)
a.       Bunga (Flos)
Tanaman kumis kucing memiliki tipe bunga majemuk gubahan semu atau karangan semu. Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung cabang denganpanjang 7-29 cm, dengan ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih. Panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas.
b.      Buah (Fructus)
Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm. 2.3. gagang berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm.
c.       Biji (Semen)
Tanaman kumis kucing tanaman berbiji tertutup, maka dari itu terdiri dari 2 lapisan lapisan kulit luar (sarcotesta) dan lapisan kulit dalam (endotesta). Biji coklat gelap.
6.      Kandungan Zat Berkhasiat
Kandungan kimia tumbuhan ini engandung minyak atsiri 0,02-0,06% terdiri dari 60 macam sesquiterpens dansenyawa fenolik. 0,2% flavonoid lipofil dengan kandungan utama sinensetin, eupatorin, skutellarein, tetrametil eter, salvigenin, rhamnazin; glikosida flavonol, turunan asam kafeat (terutama asam rosmarinat dan asam 2,3-dikaffeoil tartarat ), metilripariokromen A 6-(7,8- dimetoksi-2,2-dimetil [2H,1-benzopiran]-il), saponin serta garam kalsium (3%) dan myoinositol.4,9,13). Hasil ekstraksi daun dan bunga Orthosiphon aristatus ditemukan metilripariokromen A atau 6-(7,8-dimetoksietanon)
Juga ditemukan senyawa golongan flavonoid :
·         Sinensetin ( 5,6,7,3',4'- pentametoksi flavon )
·         Tetrametilskutellarein (5,6,7,4'-tetra metoksi flavon)
·         5-hidroks i 6,7,3',4' tetrametoksi flavone.
·         Salvigenin (5-hidroksi-6,7,4'-trimetoksi flavon)
·         Kirsimaritin (5,6-dihidroksi-7,4'-dimetoksi flavon)
·         Pilloin (5,3’-dihidroksi-7,4’-dimetoksi flavon)
·         Rhamnazin (3,5,4'-trihidroksi-7,3'-dimetoksi flavon).\
Juga ditemukan 9 macam golongan senyawa flavon dalam bentuk aglikon, 2 macam glikosida flavonol, 1 macam senyawa kumarin, asam kafeat dan 7 macam senyawa depsida turunan asam kafeat, skutellarein, 6-hidroksiluteolin, sinensetin.
7.      Kegunaan Di Dunia Farmasi
Beberapa manfaat atau khasiat Orthoshipon aristatus di dunia farmasi yaitu :
a.       Memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik)
b.      Rematik, Rematik gout disebabkan oleh asam urat yang berlebih dalam tubuh. Kandungan ortosifonin dan garam kalium (terutama pada daunnya) merupakan komponen utama yang membantu larutnya asam urat sehingga Kumis kucing dapat mencegah dan mengobati rematik gout.
c.       Batuk
d.      Encok (Gout arthritis)
e.       Demam
f.       Sembelit
g.      Sakit Pinggang
h.      Radang ginjal
i.        Batu ginjal, Kalium pada Tanaman Obat Kumis kucing berkhasiat diuretik (memperlancar buang air kecil) sehingga dapat mencegah dan membantu melarutkan batu ginjal.
j.        Kencing manis
k.      Infeksi saluran kencing (Cystitis)
l.        Albuminuria
m.    Syphilis
n.      Hipertensi, Kandungan kalium yang dimilikinya dapat merangsang pengeluaran cairan dalam tubuh.  Jika proses pengeluaran kemih lancar, otomatis tekanan darah akan turun.
o.      Amandel
p.      Keputihan, Kandungan saponin dan tanin pada daun Kumis kucing bisa mengobati keputihan.
q.      Batu kantung empedu
r.        Menstabilkan gula darah
s.       Radang prostat
t.        Asam urat,
Kumis Kucing merupakan salah satu tanaman yang terkenal multikhasiat sebagai obat di masyarakat. Pemanfaatan tanaman kumis kucing sebagai obat bisa menggunakan cara-cara tradisional atau modern. Maksudnya dengan cara tradisional, meramu tanamankumis kucing dan mencampur ramuannya dengan tanaman obat lainnya, membuatnya seperti jamu untuk diminum. Secara modern, bisa mengkonsumsi tanaman kumis kucing dalam bentuk pil atau kapsul yang sudah siap minum. Karena itu, tak heran jika Kumis Kucing Kumis dijadikan sebagai salah satu bahan baku utama produk-produk herbal, seperti LhiforGin yang digunakan untuk membantu meluruhkan batu urin dan gangguan ginjal atau Kumis Kucing Kapsul yang juga berkhasiat membantu meluruhkan batu urin, mencegah pengendapan batu ginjal, batu empedu, mengatasi radang saluran kemih, dan melancarkan pembuangan air seni.





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kumis kucing merupakan salah satu tumbuhan Obat Indonesia yang sangat berguna baik di bidang farmasi (kimiawi), maupun secara turun menurun berdasarkan pengalaman (empiris). Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang memiliki akar tunggang dengan tipe batang berkayu serta berdaun tunggal dan berbunga majemuk.























DAFTAR PUSTAKA

1.      Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan RI
2.      Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

3.      Sjamsul Arifin Ahmad, dkk. 2009. Tumbuh – Tumbuhan Obat Indonesia. Bandung : ITB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar